Pengawas Buat Peserta UN MenangisAda Soal Kurang dan Tertukar Siswa Harus Tunggu Fotokopi
Radar Banjarmasin - Utama
|
|
BANJARBARU – Salah seorang pengawas UN
berinisial Tr di SMA Islam Terpadu (IT) Qardhan Hasana bikin salah
seorang peserta berinisial Wr menangis. Bahkan siswa tersebut sampai
menyatakan tidak ingin ikut UN lagi, karena hanya bisa menjawab lima
dari 50 soal ujian Bahasa Indonesia yang disajikan Senin (16/4) kemarin.
Informasi yang dihimpun Radar Banjarmasin, Tr terlalu berlebihan mengawasi peserta UN. Saat itu di dalam ruangan yang berlokasi di lantai II sekolah hanya ada empat orang siswa. Sedikitnya jumlah peserta UN dikarenakan jumlah siswa SMA hanya 24 orang. Setiap gerak-gerik empat siswa terus Tr perhatikan. Tr pun sempat menggeledah dan mendatangi meja peserta UN. Bahkan kabarnya, Tr juga mengikuti Wr ketika pergi ke toilet. Usai UN, Wr langsung menangis. Turun dari tangga pun tidak sanggup mengingat tidak bisa menjawab soal UN. Kepada guru, Wr mengaku tidak konsen dan tertekan menjawab soal ujian lantaran si pengawas terlalu berlebihan. Setelah ditanyakan dengan beberapa guru di sekolah, mereka pun tidak menampik perihal kondisi tersebut. “Ia tadi ada siswa yang menangis karena pengawasnya terlalu berlebihan memperlakukan peserta UN. Tapi yang lebih jelasnya bisa tanyakan bu Elvi (ketua panitia ujian, red),” ujar salah seorang guru, kemarin yang namanya tidak ingin dikorankan Setelah ditanyakan dengan Elvi Soufiawati SPd yang juga selaku Wakil Kepala SMA Qardhan Hasanah membenarkan kejadian tersebut. Bahkan tuturnya, saat rapat evaluasi usai pelaksanaan UN kemarin, panitia membahas perlakuan pengawas yang dinilai berlebihan tersebut. Kesimpulannya, panitia menginginkan pengawas yang bersangkutan tidak bertugas lagi di SMA Qardhan Hasanah. “Kasihan mas anak-anak merasa tertekan. Mereka malah tidak fokus dan tidak konsentrasi menjawab soal UN,” ujarnya. Elvi juga mengatakan, orang tua Wr sempat meneleponnya siang kemarin. Walimurid Wr mengeluhkan pengawas yang berlebihan menjaga pelaksanaan UN. Ironisnya, gara-gara suasana yang membuat tidak nyaman membuat Wr pesimis lulus ujian tahun ini. Wr pun putus asa dan sempat menyatakan tidak ingin ikut UN lagi. “Saya berharap anak didik saya itu tetap mengikuti UN beberapa hari kedepan,” harapnya seraya mengatakan sudah melaporkan kondisi itu kepada Kepala SMA IT Qardhan Hasanah, Gino. Ditanyakan dengan Gino ia membantah perihal kejadian tersebut. Ia pun tidak tahu kabar mengejutkan tersebut ada di sekolahnya. “Tadi lancar saja, tidak ada yang menangis,” ujarnya. Begitupula saat Radar Banjarmasin menanyakan terkait pengawas yang menjaga berlebihan. “Tidak ada. Kebetulan tadi langsung mengantar berkas ke Dinas Pendidikan. Jadi tidak tahu ada kabarnya,” ujarnya. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Banjarbaru Ahmadi Arysad mengaku kaget mendengar kabar tidak mengenakan itu. Pengawasan yang dilakukan salah seorang guru senior tersebut menurutnya juga berlebihan. “Seharusnya menciptakan kondisi yang nyaman dan tentram. Bukan malah membuat siswa tertekan dan tidak konsentrasi. Memelototi anak terus menerusan juga tidak baik, karena kan memecah konsentrasi anak,” ujarnya. Ia pun memastikan bahwa pengawas Tr, Selasa hari ini tidak bertugas lagi di SMA Qardhan Hasanah. Pasalnya terjadi roling pengawas di setiap SMA Banjarbaru. Diharapkannya sang pengawas tidak lagi berbuat demikian, karena dapat membuat pelaksanaan UN menjadi tidak kondusif. “Kalau pengawas dewan guru melanggar tata tertib, seharusnya pengawas independen mengambil sikap. Anak-anak yang ikut UN itu sudah tegang, jangan ditambah tegang sehingga membuat mereka stres,” ujarnya. Ia lantas berharap agar orangtua terus mendukung siswa mengikuti UN hingga akhir. Pasalnya untuk mencapai UN itu bukanlah perkara mudah. Sejumlah usaha kata dia sudah dilakukan maksimal, sehingga kalau mundur di tengah jalan, perjuangan sebelum-sebelumnya akan sia-sia. “Doa orag tua itu sangat mujarab. Jadi tolong didukung dan didoakan anak-anaknya yang ikut UN,” harapnya. Soal Kurang di Alalak Hari pertama pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat sekolah menengah atas (SMA) sederajat di Kabupaten Barito Kuala (Batola), kemarin (16/4), ditemukan beberapa persoalan. Salah satunya sepertinya yang terjadi di SMAN 1 Alalak Jalan Brigjen H Hasan Basri Km 11, Handil bakti, Kecamatan Alalak, Kabupaten Batola, yang kekurangan lembar soal mata pelajaran bahasa Indonesia sebanyak delapan lembar. Untungnya kondisi itu segera diatasi dengan dilakukannya fotokopi oleh pihak sekolah dengan di pantau oleh aparat keamanan, selaku pihak yang berkewajiban melakukan pengawasan agar tak terjadi kecurangan terhadap kekurangan lembar soal tersebut. Akibat kekurangan delapan lembar soal tersebut ruang lima yang ditempati siswa IPS terpaksa harus menunggu hasil fotokopi yang dilakukan pihak panitia UN SMAN 1 Alalak. Sedangkan untuk empat ruangan lainnya dipersilakan langsung melaksanakan UN yang sesuai jadwal yaitu dari pukul 08.00 Wita sampai 10.00 wita. Dari pantauan Radar Banjarmasin, saat empat ruang yang digunakan untuk UN waktu sudah selesai ruang lima yang oleh siswa IPS masik asik dan serius menjawab soal dengan siswa waktu menjawab masih tersisa waktu sekitar 45 menit. Kepala Sekolah (Kepsek) SMA 1 Alalak Chairul Subhi mengatakan, anak didiknya saat pelaksanaan UN hari pertama ini semunya dapat mengikuti UN yang diselenggarakan secara serempak di seluruh Indonesia. “Alhamdulillah lima ruangan dari 97 orang siswa yang terdiri dari dua ruangan untuk kelas IPA dan tiga ruangan IPS dapat mengikuti UN hari pertama ini,” katanya. Diungkapkannya, kekurangan soal baru diketahui setelah pengawas ruang lima yang membuka bungkosan soal berisi bahasa Indonesia hanya menerima 10 soal, dimana seharusnya dalam ruang lima tersebut seharusnya ada 18 soal. “Satu bungkusan soal biasanya ada 20 lembar soal, tapi untuk ruang lima yang ditempati anak IPS berbentuk bungkosan kecil dan saat dibuka ternyata hanya 10 soal di dalamnya,” ujarnya. Menariknya, kekurangan soal UN di hari pertama ini tak hanya terjadi di SMA 1 Alalak saja, karena menurut informasi di SMA di kecamatan Bakumpai lebih parah lagi kekurangan soalnya. “Yang lebih parah lagi menurut informasi kekurangan soal UN di hari pertama ini di SMA Kecamatan Bakumpai, dimana disana ada satu bungkusan yang berisi sebanyak 20 lembar soal tak ada,” tambah Chairul. Ia berharap UN di hari ke dua nanti lembar soal bahasa inggris untuk jam pertama dan jam ke dua untuk anak IPS mata pelajaran ekonomi dan untuk anak IPA mata pelajaran fisika, lembar jawaban tak ada lagi yang kekurangan. “Semoga hari ke dua nanti semua lembar soal lengkap semua,” harapannya. Sementara Hardani siswa SMAN 1 Alalak kelas IPS usai mengikuti UN mengatakan, soal yang dikerjakannya selama hampir dua jam tersebut lebih mudah jika dibandingkan dengan saat try out beberapa waktu lalu. “Alhamdulillah saya bisa menjawab semua soal yang diberikan,” katanya. Saat ditanya apakah mengetahui ada beredar kunci jawaban sebelum pelaksanaan UN, ia mengungkapkan tak mengetahui hal tersebut. Apabila ada pun beredar kunci jawaban tersebut Hardani jangan percaya dengan jawaban yang masih belum jelas terebut sumbernya. “Jawablah dengan hati nurani Insya Allah akan menerima hasil yang diinginkan,” terangnya. Tidak hanya di daerah, kekurangan soal bahkan ditemukan di Banjarmasin, sebagaimana diungkap Komisi IV DPRD Kalsel saat memantau hari pertama UN ke beberapa sekolah di Banjarmasin. Empat orang siswa SMAN 5 Banjarmasin terpaksa menunggu lembar soal yang kurang itu selesai difotokopi, baru kemudian bisa memulai mengerjakan soal UN yang disodorkan. "Ini cukup memakan waktu bagi siswa yang mengikuti UN," ungkap ketua Komisi IV DPRD Kalsel, Habib Ali Khaidir Al Kaff kepada Radar Banjarmasin, Senin (16/4) pagi. Insiden kekurangan soal itu, lanjutnya, murni kesalahan dari pusat. Karena saat dibuka soal sudah kurang dan mau tak mau mesti difotokopi agar siswa bisa melaksanakan UN. "Untung saja saat itu ada mesin fotokopi, jadi gak perlu waktu cukup lama untuk menggandakan soal yang kurang," kata ia. Selain kekurangan lembar soal, ada pula soal yang tertukar. Soal yang seharusnya untuk IPS malah berada di amplop soal IPA, begitu juga sebaliknya. Tertukarnya soal itu ditemukan di SMAN 1 Banjarmasin. “Ada soal yang tertukar, soal IPA malah dimuat ke dalam amplop soal IPS,” cetusnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kalsel, Ngadimun, saat dikonfirnasi mengatakan hal itu bukan kesalahan di daerah, namun murni saat dipercetakan dan saat pengemasan. "Itu bukan kesalahan di daerah, kita kan cuma dikirimi soal yang sudah disegel. Mana berani kita membuka sebelum UN dimulai," ucapnya. Saat ditanya, apakah ada indikasi kebocoran soal karena kejadian kurangnya soal itu, Ngadimun tak mau banyak berkomentar. Ia hanya mengatakan, Disdik sudah berupaya maksimal, dan ia yakin tak ada kebocoran soal dalam pelaksanaan UN tahun ini. "Sekali lagi itu bukan kesalahan dari kita, itu murni dari awal datang ke Kalsel. Saya hanya meyakinkan, di Kalsel tak ada kebocoran soal, adapun kekurangan lembar soal itu hanya kesalahan teknis, jadi jangan dikait-kaitkan," kilahnya. (sip/shn/mat/yn/bin) |